Jakarta, 22 Juni 2011
Hidup tidak selamanya indah. ada kalanya manusia harus berteman dengan airmata dan sakit hati. tapi juga tidak selamanya airmata memberi pedih. rasa kehilangan. bukan selamanya berpisah. suatu saat entah kapan Tuhan pasti akan mempertemukan yang terpisah.
Dalam hidup hanya satu yang paling ku takuti. berpisah. dengan siapa pun. dengan dia yang ku cinta. dia yang ku sayang. mereka yang baik. mereka yang setia. mereka yang peduli. berpisah menyisakan luka. menyakitkan.
Saat bertemu. aku sadar. suatu saat dengan alasan apa pun pasti ada perpisahan. dipisahkan oleh jarak atau pun terpisah karna kematian.
dalam hati yang terdalam. egois memang. enggan bahkan tidak akan pernah mau berpisah. oleh karna dan dengan alasan apa pun. karna bagi ku perpisahan hanya meninggalkan luka. aku yang tidak ingin terluka. hanya tidak ingin merasa sakitnya kesepian.
Kehilangan karna perpisahan itu menyakitkan. menyebalkan. layaknya anak kecil yang memimpikan hujan permen. kosong. hampa. sakit. tapi smua tidak ada yang abadi. smua akan merasakan kehilangan dan sakitnya perpisahan.
Melihat orang lain kehilangan. merasakan sakitnya ditinggal. memahami pedihnya dibuang. mengkhayati hampanya berpisah.
aku sadari itu smua. smua itu bagian dari permainan yang disebut KEHIDUPAN.
Hidup tidak selamanya indah. langit tidak selamanya biru. aku tau itu.
secara teori. aku terima dan aku tau. tapi secara praktiknya !?
aku sulit menerimanya. bahkan tidak mau tau.
Lemah. memang. aku akui aku lemah. tidak dapat dengan ikhlas menerima perpisahan yang terjadi.
egois !?
betul ! ya. aku memang egois. karna tidak mau tau tentang perpisahan.
Coba dengarkan kata hati. bukan tidak terima atau tidak mau tau. tapi aku belum siap dengan apa yang terjadi. dan pada akhirnya hanya dapat menangis sedih.
Aku banyak kehilangan. kehilangan dia yang ku sayang. menangis pun sia-sia.
dia yang telah pergi tidak akan pernah kembali. ku sadari itu.
ku coba terima. butuh waktu memang. dan aku tidak begitu yakin tapi tetap harus MOVE ON.
Apa pun yang terjadi life must go on. tidak ada banyak waktu untuk bersedih yang berlebihan.
waktu yang akan menjawab smua tanya dalam hati. waktu yang akan sembuhkan luka dalam relung. smua sakit dan perihnya kehilangan.
smua airmata akan terbayar dengan kebahagiaan. meski entah kapan.
hanya dapat bersabar. kuat menjalani hidup yang memang tidak pernah adil.
kuat jalani hidup meski dengan sakit hati karna kehilangan.
Wednesday, June 22, 2011
Tuesday, June 21, 2011
story about life
Jakarta, 21 Juni 2011
Dalam hidup ini terdapat banyak kisah. sedih. senang. kecewa. lucu. seram. menegangkan. dan meski berbeda tapi tujuannya tetap satu. menjadikan manusia menjadi individu yang lebih dewasa. setiap kisah memiliki caranya sendiri untuk menjadikan manusia semakin dewasa. pepatah " roda selalu berputar. terkadang diatas dan terkadang dibawah. " benar adanya. hidup bagaikan gambaran monitor seseorang yang sedang koma. ia dinyatakan tetap hidup jika diagram atau gambaran "denyut" jantungnya berada diatas dan tidak lama lagi berada dibawah atau dengan kata lain naik-turun. maksudnya adalah tidak mungkin selamanya manusia merasakan bahagia dan selamanya merasakan sedih.
Hidup ku penuh dengan warna. warna-warni yang membuat dunia semakin cantik. kisah tentang percintaan. kisah tentang persahabatan. kisah tentang keluarga. bahkan kisah tentang diri sendiri. smua yang ku alamai tidak 100% sama dengan apa yang dialami orang lain. meski sama tapi tetap tidak seluruhnya sama. itu yang menjadikan tiap individu spesial dan berbeda. karna cara menjadi dewasa tiap manusia berbeda.
hidup adalah sekolah yang sesungguhnya. tempat dimana kita belajar. belajar menjadi individu yang lebih baik lagi. sama seperti sekolah pada dasarnya. ada yang saling menjatuhkan. ada yang berpura-pura manis padahal ingin menjatuhkan. ada pula yang tulus tapi tidak pernah dianggap.
aku belajar banyak hal. tidak smua yang ada dihati harus dikatakan. terkadang diam pun bukan emas. smua harus sesuai dan tepat dengan keadaan yang dialami. tapi. apa daya jika " HARUS " diam saat ingin bicara !?
Sampai saat ini aku masih belajar. belajar untuk menjadi apa yang ku inginkan. aku masih mencari. mencari apa yang ku inginkan. apa yang ku inginkan ???
tidak semua orang menyukai apa yang ku inginkan. ku tau itu. yang ku tidak tau hanya bagaimana caranya memberi penjelasan pada mereka kalau inilah yang ku inginkan dalam hidup.
Terkadang. kecewa yang teramat-sangat. protes. bahkan marah. kenapa apa yang ku inginkan selalu ditentang !? tidak boleh melakukan ini dan itu. aku hanya ingin melakukan apa yang ingin ku lakukan. dan aku butuh dukungan.
ku lakukan apa yang ku ingin lakukan untuk *paling tidak mencoba* membahagiakan mereka yang sayang pada ku dan mereka yang ku sayang. tapi kenapa dimata mereka smua selalu salah !?
tidak didukung. bahkan dicemooh dan dihina.
Namun pada akhirnya aku sadar. smua itu hanya ujian. seberapa kuat aku teguh pada keputusan yang sejak awal ku buat. seberapa yakin aku pada mimpi ku. satu lagi yang ku pelajari dalam hidup. " memahami meski tidak sejalan "
Meski pada akhirnya gagal. kegagalan juga memberikan banyak pelajaran. dan paling tidak sudah mencoba melakukan apa yang ku inginkan. satu pelajaran lagi. " menerima meski tidak ingin "
Sebenarnya kegagalan dalam hidup memberikan banyak pelajaran. hanya saja manusia terkadang lebih memilih bersedih dan kecewa dulu lalu baru menyadarinya daripada mencoba menyadarinya tanpa harus bersedih. pelajaran lainnya. " ikhlas meski tidak rela "
Dalam hidup banyak yang bisa dipelajari. bukan hanya dari kisah sendiri. tapi juga kisah orang lain.
berbagai cara dapat ku lakukan. dapat ku contoh dari pengalaman orang lain. mungkin itu kenapa orang tua ku super-amat-sangat cerewet tentang hidup.
ya. positive thinking. mereka tidak ingin aku melakukan apa yang pernah mereka lakukan dulu *dalam arti kegagalan mereka*. mereka tidak ingin aku melakukan kesalahan yang sama dengan yang mereka lakukan dulu. tapi jujur dan tidak dapat ku pungkiri. terkadang aku kesal. bahkan marah dan kecewa.
mereka melarang ku ini dan itu seakan mereka tidak percaya dengan kemampuanku. lagi pula. dunia mereka saat muda berbeda dengan dunia ku sekarang ini. dan kenapa juga mereka tidak membiarkan aku mencoba dan membiarkan aku tau apa yang terbaik bagi ku !?
well. aku tau mereka hanya tidak ingin aku terluka dan tersakiti juga kecewa. mereka ingin yang terbaik bagi ku. tapi apa itu setimpal dengan pelajaran yang ku terima !? apa yang terbaik menurut mereka terbaik menurut ku juga !?
Kalau kata orang, " orang bodoh pun tidak akan jatuh dilubang yang sama untuk kedua kalinya. "
jadi kalau aku jatuh bagaimana mungkin aku ingin jatuh di lubang yang sama untuk kedua kalinya !?
bagaimana mau "jatuh" lagi kalau tidak pernah "jatuh" !?
smua pasti ada harga yang harus dibayar bukan !?
Aku teringat pada kata-kata ku sendiri. " dua kali jatuh dilubang yang sama saja sudah bodoh apa lagi harus empat kali jatuh dilubang yang sama !? "
bodoh memang tapi tetap ada pelajaran yang bisa diambil. smua pasti ada pesan moralnya.
Ya...
Itulah hidup. kita yang tentukan. kita yang pilih. kita yang jalani. dan kita yang belajar.
kadang kita harus terbakar untuk merasakan api itu panas. meski ada beberapa yang bilang " kita tidak perlu terbakar untuk tau api itu panas. "
tapi aku tidak setuju ! *bagi ku* pelajaran yang paling membekas adalah praktek. merasakan sendiri luka. sakit. sedih. dan menderitanya. lalu menyembuhkan lukanya membuatku belajar bahwa terbakar tidak enak dan akhirnya belajar untuk lebih hati-hati agar tidak terbakar lagi. dengan mencoba sendiri terbakar aku jadi tau aku harus apa agar tidak terbakar lagi. lebih merasakan dan lebih mengerti.
Well...
Ini hidup ku. dan ini cara ku menjalaninya. ku lakukan smua hal. ku coba smua jalannya. dan ku ingin menikmati hidup ini dengan cara ku sendiri. mengisi tiap lembar hidup ku dengan berbagai kisah yang menarik untuk dikenang dan untuk dipelajari.
ini pilihan ku tentang hidup ku. bagaimana dengan mu !? (⌒˛⌒)
Dalam hidup ini terdapat banyak kisah. sedih. senang. kecewa. lucu. seram. menegangkan. dan meski berbeda tapi tujuannya tetap satu. menjadikan manusia menjadi individu yang lebih dewasa. setiap kisah memiliki caranya sendiri untuk menjadikan manusia semakin dewasa. pepatah " roda selalu berputar. terkadang diatas dan terkadang dibawah. " benar adanya. hidup bagaikan gambaran monitor seseorang yang sedang koma. ia dinyatakan tetap hidup jika diagram atau gambaran "denyut" jantungnya berada diatas dan tidak lama lagi berada dibawah atau dengan kata lain naik-turun. maksudnya adalah tidak mungkin selamanya manusia merasakan bahagia dan selamanya merasakan sedih.
Hidup ku penuh dengan warna. warna-warni yang membuat dunia semakin cantik. kisah tentang percintaan. kisah tentang persahabatan. kisah tentang keluarga. bahkan kisah tentang diri sendiri. smua yang ku alamai tidak 100% sama dengan apa yang dialami orang lain. meski sama tapi tetap tidak seluruhnya sama. itu yang menjadikan tiap individu spesial dan berbeda. karna cara menjadi dewasa tiap manusia berbeda.
hidup adalah sekolah yang sesungguhnya. tempat dimana kita belajar. belajar menjadi individu yang lebih baik lagi. sama seperti sekolah pada dasarnya. ada yang saling menjatuhkan. ada yang berpura-pura manis padahal ingin menjatuhkan. ada pula yang tulus tapi tidak pernah dianggap.
aku belajar banyak hal. tidak smua yang ada dihati harus dikatakan. terkadang diam pun bukan emas. smua harus sesuai dan tepat dengan keadaan yang dialami. tapi. apa daya jika " HARUS " diam saat ingin bicara !?
Sampai saat ini aku masih belajar. belajar untuk menjadi apa yang ku inginkan. aku masih mencari. mencari apa yang ku inginkan. apa yang ku inginkan ???
tidak semua orang menyukai apa yang ku inginkan. ku tau itu. yang ku tidak tau hanya bagaimana caranya memberi penjelasan pada mereka kalau inilah yang ku inginkan dalam hidup.
Terkadang. kecewa yang teramat-sangat. protes. bahkan marah. kenapa apa yang ku inginkan selalu ditentang !? tidak boleh melakukan ini dan itu. aku hanya ingin melakukan apa yang ingin ku lakukan. dan aku butuh dukungan.
ku lakukan apa yang ku ingin lakukan untuk *paling tidak mencoba* membahagiakan mereka yang sayang pada ku dan mereka yang ku sayang. tapi kenapa dimata mereka smua selalu salah !?
tidak didukung. bahkan dicemooh dan dihina.
Namun pada akhirnya aku sadar. smua itu hanya ujian. seberapa kuat aku teguh pada keputusan yang sejak awal ku buat. seberapa yakin aku pada mimpi ku. satu lagi yang ku pelajari dalam hidup. " memahami meski tidak sejalan "
Meski pada akhirnya gagal. kegagalan juga memberikan banyak pelajaran. dan paling tidak sudah mencoba melakukan apa yang ku inginkan. satu pelajaran lagi. " menerima meski tidak ingin "
Sebenarnya kegagalan dalam hidup memberikan banyak pelajaran. hanya saja manusia terkadang lebih memilih bersedih dan kecewa dulu lalu baru menyadarinya daripada mencoba menyadarinya tanpa harus bersedih. pelajaran lainnya. " ikhlas meski tidak rela "
Dalam hidup banyak yang bisa dipelajari. bukan hanya dari kisah sendiri. tapi juga kisah orang lain.
berbagai cara dapat ku lakukan. dapat ku contoh dari pengalaman orang lain. mungkin itu kenapa orang tua ku super-amat-sangat cerewet tentang hidup.
ya. positive thinking. mereka tidak ingin aku melakukan apa yang pernah mereka lakukan dulu *dalam arti kegagalan mereka*. mereka tidak ingin aku melakukan kesalahan yang sama dengan yang mereka lakukan dulu. tapi jujur dan tidak dapat ku pungkiri. terkadang aku kesal. bahkan marah dan kecewa.
mereka melarang ku ini dan itu seakan mereka tidak percaya dengan kemampuanku. lagi pula. dunia mereka saat muda berbeda dengan dunia ku sekarang ini. dan kenapa juga mereka tidak membiarkan aku mencoba dan membiarkan aku tau apa yang terbaik bagi ku !?
well. aku tau mereka hanya tidak ingin aku terluka dan tersakiti juga kecewa. mereka ingin yang terbaik bagi ku. tapi apa itu setimpal dengan pelajaran yang ku terima !? apa yang terbaik menurut mereka terbaik menurut ku juga !?
Kalau kata orang, " orang bodoh pun tidak akan jatuh dilubang yang sama untuk kedua kalinya. "
jadi kalau aku jatuh bagaimana mungkin aku ingin jatuh di lubang yang sama untuk kedua kalinya !?
bagaimana mau "jatuh" lagi kalau tidak pernah "jatuh" !?
smua pasti ada harga yang harus dibayar bukan !?
Aku teringat pada kata-kata ku sendiri. " dua kali jatuh dilubang yang sama saja sudah bodoh apa lagi harus empat kali jatuh dilubang yang sama !? "
bodoh memang tapi tetap ada pelajaran yang bisa diambil. smua pasti ada pesan moralnya.
Ya...
Itulah hidup. kita yang tentukan. kita yang pilih. kita yang jalani. dan kita yang belajar.
kadang kita harus terbakar untuk merasakan api itu panas. meski ada beberapa yang bilang " kita tidak perlu terbakar untuk tau api itu panas. "
tapi aku tidak setuju ! *bagi ku* pelajaran yang paling membekas adalah praktek. merasakan sendiri luka. sakit. sedih. dan menderitanya. lalu menyembuhkan lukanya membuatku belajar bahwa terbakar tidak enak dan akhirnya belajar untuk lebih hati-hati agar tidak terbakar lagi. dengan mencoba sendiri terbakar aku jadi tau aku harus apa agar tidak terbakar lagi. lebih merasakan dan lebih mengerti.
Well...
Ini hidup ku. dan ini cara ku menjalaninya. ku lakukan smua hal. ku coba smua jalannya. dan ku ingin menikmati hidup ini dengan cara ku sendiri. mengisi tiap lembar hidup ku dengan berbagai kisah yang menarik untuk dikenang dan untuk dipelajari.
ini pilihan ku tentang hidup ku. bagaimana dengan mu !? (⌒˛⌒)
Thursday, June 16, 2011
sahabat
Jakarta, 16 Juni 2011
Kali ini cerita bukan tentang pacar *ya iya lah judulnya aja "sahabat" ya pastinya tentang sahabat-sahabat gw --" Ok ! langsung cerita aja tanpa banyak narasi-narasi ga' penting xp
Bagi ku sahabat orang yang selalu ada disetiap saat. sedih. senang. gembira. susah. tangis. tawa. selalu bersama. kalau cuma tau seneng atau sedih aja sih itu namanya temen bukan sahabat. bagi ku sahabat berada diurutan ke-4 dihati ku setelah Allah, Nabi Muhammad dan keluarga ku dan sebelum pacar.
Kalau kalian bertanya kenapa sahabat itu diurutan ke-4 setelah keluarga dan sebelum pacar. well, sahabat itu lebih berharga daripada pacar. pacar bisa datang dan pergi dan disaat "dia" datang dan pergi yang tetap tinggal selain Allah hanya sahabat. sahabat yang menguatkan hati, mengingatkan ku kalau cowok bukan hanya "dia" yang meninggalkan ku atau bahkan "dia" yang menyakiti ku. sahabat juga yang membantu ku MOVE ON dan selalu mendengar keluh kesah ku saat patah-hati. mungkin mereka bosan dengar cerita ku yang itu-itu saja tapi mereka tetep mendengarkannya dan memberi pendapat yang bisa menguatkan hati ku juga memberiku semangat.
Tidak hanya kisah sedih yang ku bagi dengan sahabat-sahabat ku. ada juga cerita senang dan lucu yang kami ukir di kenangan dan memori kami. menyenangkan memiliki mereka sebagai sahabat. bukan berarti dalam setiap kisah hanya ada sedih dan senang. tapi ada juga salah paham, amarah, kesal, kecewa. hal yang wajar dialami dua orang atau lebih yang mencoba menyatukan pikiran dan hati yang memang sejak awal berbeda.
Banyak yang bisa menyebut dirinya sahabat tapi sama sekali tidak bisa disebut sahabat. mana ada sahabat yang menjatuhkan sahabatnya sendiri !? melukai. menyakiti. bahkan mengkhianati sahabatnya sendiri.
Dulu sahabat ku hanya beberapa orang *mereka yang benar-benar bisa disebut sahabat* tapi sekarang aku punya mereka yang benar-benar sayang dan benar-benar mereka yang bisa disebut SAHABAT....
Jaman SMA aku punya 5 orang yang bisa ku panggil sahabat dan akan tetap jadi sahabat ku. sahabat pertama ku. tapi sekarang aku punya banyak mereka yang benar-benarbisa ku sebut dengan sebutan sahabat...
Mereka sayang aku, dan aku sayang mereka. tanpa mereka tidak mungkin ada aku yang kuat dan tegar seperti sekarang. karna itu mereka harta terbesarku setelah keluarga ku. lebih penting dari pacar. dan ku pastikan aku lebih percaya pada sahabat ku daripada kabar atau gosip yang ada.
Terimakasih banyak untuk kalian yang mau jadi salah satu dari sahabat-sahabat ku dan mau sayang pada ku.
Tuesday, June 14, 2011
namanya cinta
FYI > cerpen ini, cerpen pertama yang menghasilkan uang buat gw, meski cuma Rp 20ribu. cerpen ini dibuat untuk tugas kuliah temen gw. usut punya usut, kabar punya kabar, ini cerpen termasuk 10 besar cerpen terbaik dikelasnya. hahahahahahah... senangnya saya n_nmaaf ya untuk teman ku yang sudah "membeli" cerpen ini tapi tetap saya post disini. toh ga akan di lirik sama "penerbit" juga. atau ga akan di baca dosen mu juga xp
ok met' baca bloggers ^^
ok met' baca bloggers ^^
death
Death
Ku buka mata ini saat sinar mentari membasahi tubuh yang menggigil kedinginan. Kepala ku berat, namun ku tetap mencoba untuk bangkit. Ku hela nafas panjang saat melihat kondisi kamarku. “WOW,” hanya itu yang keluar dari mulut ku saat menyadari betapa malasnya aku untuk membersihkan kamar ku sendiri.
“Gue harus beresin semua kekacauan ini, kalau gak mau liat orang itu ngamuk!” gumamku, memungut handukku yang tergeletak lemah dilantai kamar. Aku melangkah pelan menuju kamar mandi yang ada dikamarku.
Perlahan ku tanggalkan semua pakaian yang melekat ditubuhku. Ku beranikan diri untuk membasahi tubuh ku dengan air dingin, pagi ini. Sejenak ku tutup mata ku. Ku biarkan air dingin terus membasahi sekujur tubuh ini dan ku mencoba mengingat apa yang sudah terjadi tadi malam, tak ada satu pun yang ku ingat kecuali tugas Logaritma yang belum kukerjakan. Ku percepat mandi ku dan berharap masih ada waktu untuk mengerjakannya.
Death
“Akhirnya selesai juga! Huh… untung masih ada waktu,” senyumku lega. Ku masukan semua buku dan peralatan sekolah ku kedalam tas hitam ku yang selalu menemani hari-hari ku. Ku lirik jam berbentuk panda diatas meja belajar ku. Jam 6.30 pagi. Ku terdiam sesaat. “Tumben, kok tuh orang belom neriakin gue ya?! Well dah bosen mungkin,” kata ku, menarik tas hitam ku dan memakainya.
Butuh waktu yang cukup lama untuk menemukan handphone ku yang terpendam dibawah tumpukan barang-barang tak berguna diatas kasur ku. Rasanya seperti menenukan harta karun bajak laut, saat menemukannya, lega dan senang. Ok! Waktunya sekolah dan bersandiwara lagi!
Death
Rasanya seperti bukan rumah sendiri. Seperti berada dikehidupan orang lain. Kenapa rumah ini begitu sepi!? Kemana perginya dua makhluk menyeramkan itu!? Peduli apa! Sarapan!!!!
Ku turuni anak tangga satu per satu, berharap ada sedikit makanan diatas meja makan. Dan… hore…!!!! Kosong! Sial…!!!
Ku periksa saku kemeja sekolah ku, masih berharap ada sisa uang jajan kemarin dan lagi-lagi tak ada yang tersisa! Oh tunggu dulu! Dompet!
Secepat mungkin ku keluarkan dompet ku dari dalam tas dan syukur hanya dompet yang ku punya! Sial…!!!! Hm… masa iya pagi ini gak sarapan!? Sejenak ku berpikir dan teringat akan uang yang kemarin baru dikirim Kak Dimaz dari Inggris. Dengan semangat 45, ku berlari menaiki tangga menuju kamar ku atau bisa dibilang gudang. Heheheheh…
Death
“Ini sih tetep gak bisa sarapan! Mesti ke money changer dulu baru bisa makan, sial!!!” keluh ku, menutup pagar rumah. Ku lirik jam tangan ku, jam 7 tepat. Harus buru-buru kalau gak mau dihukum si Gila!!! Gumam ku dalam hati.
Ku percepat langkah ku atau tepatnya berlari secepat yang ku bisa. Itu kan Rangga!? Kok nyantai banget sih! “Rangga!!!” panggil ku. Rangga menoleh, namun tak ada senyum hangat yang biasa ia berikan. Ku berhenti berlari saat tepat disampingnya. Nafas ku tak karuan.
“Ga, kok gak buru-buru sih!?” tanya ku, masih mencoba mengatur nafas ku. Rangga hanya diam dan terus berjalan. “Rangga!?” ku perhatikan wajah Rangga, ada kesedihan yang coba ia sembunyikan. Perlahan senyum itu kembali. Ini yang membuat ku terus bertahan hingga hari ini.
Death
Sepanjang perjalanan menuju sekolah, banyak yang ku ceritakan pada Rangga. Mulai dari film terakhir yang dapat ku ingat sampai kekonyolan kami berdua dan lagi-lagi yang dapat ku ingat. Rangga tak banyak bicara hanya sesekali tersenyum dan masih terus berusaha menutupi kesedihannya. Berulang kali ku tanya apa yang membuatnya sedih, namun Rangga hanya menggelengkan kepalanya. Tahukah Rangga, jika ia sedih hati ini pun ikut sedih?!
Tak terasa sudah didepan kelas. Aku duduk tepat disamping Rangga. Bersyukur, pagi ini tidak telat. Rangga terus diam sepanjang hari, membuat ku kesal.
Saat bel istirahat pertama berbunyi, Iman, teman satu tim basket dengan Rangga yang juga teman satu kelas ku dan Rangga, berjalan menghampiri ku dan Rangga.
“Ga, sabar ya! Kita semua doain yang terbaik kok! Elo jangan kayak orang yang nyaris mati gitu dong! Gak punya semangat! Justru elo yang harusnya lebih semangat!” ucap Iman, menepuk pundak Rangga. Rangga hanya tersenyum miris. “Ok! Ke kantin yuk!” ajak Iman, namun Rangga menolaknya. Iman berjalan keluar kelas.
“Kok Iman gitu sih Ga! Kenapa dia gak nyapa gue coba?! Rese!” kesal ku, merasa diabaikan. Rangga bangkit dari duduknya, berjalan kearah halaman belakang sekolah.
Death
Rangga duduk tepat dibawah pohon tempat aku dan Rangga sering menghabiskan waktu istirahat atau sekedar bolos pelajaran. Rangga merubah posisinya. Ia berbaring menatap putihnya awan diatas kepalanya. Ia mulai menutup kedua matanya. Wajahnya polosnya saat tertidur semakin membuat ku tergila-gila, ini juga menjadi salah satu kenapa aku masih bertahan.
Death
“Coba tebak! Bentuk awan itu mirip apa?” tanya Delia, menunjuk sebuah awan. “Gak tau! Silau!” jawab Rangga, menutup matanya dan memunggungi Delia. Delia merubah raut wajahnya. “Rangga! Ayo tebak!” pinta Delia. “Gak!” tolak Rangga. “Apa susahnya sih cuman nebak doang!” pinta Delia kesal. “Susah! Lagi juga ini kan permainan waktu kita kecill dulu, udah gak ada pantes-pantesnya untuk dimainin lagi!” jelas Rangga.
“Rese!”
“Mau kemana?!”
“Terserah dong! Toh elo juga gak akan peduli!”
“Delia! Jangan kayak anak kecil gitu dong!”
“Toh gue emang lebih suka jadi anak kecil yang gak ngerti dan gak tau apa-apa dibandingkan jadi……”
“DELIA!”
Death
“Gak apa-apa kan?” tanya Rangga, membantu Delia berdiri. “Kenapa sih gak bilang kalau ada lubang?!” gerutu Delia kesal. Rangga sedikit menahan tawanya. “Udah deh gak usah ngeledek!” ucap Delia semakin kesal.
“Maaf deh! Mana yang sakit?”
“Gak ada!”
“Gak usah sok jagoan deh! Tangan luka gini juga! Tuh liat air matanya mau tumpah! Ayo ngaku mau nangiskan?!”
“Rangga apaan sih!”
“Muka elo tuh makin merah! Bisa jalan gak?”
“Bisa lah! Kan yang luka tangan gue, bukan….”
“Kenapa?! Ya ampun Del!”
“Udah jangan ketawa!”
“Iya… iya… maaf! Nih tutupin rok elo yang robek pake jaket gue! Lain kali kalau mau ngambek liat-liat ya!”
“Udah deh ngeledeknya!”
“Muka elo tuh makin merah! Ke UKS yuk, biar tangan elo diobatin!”
Death
Rangga membuka matanya, merubah posisinya kembali duduk bersandar pada batang pohon. Ia menarik nafas panjang, memejamkan matanya lagi. Ada yang berubah dari Rangga, seakan sudah lama tidak bertemu. Kenapa alasan gue bertahan itu elo Ga!?
Rangga bangkit dari duduknya, berjalan menuju kelas. Aku merasa ada yang aneh hari ini. Bukan hanya Iman, hampir semua orang mengabaikan ku, begitu juga Rangga. Ada apa sebenarnya!?
Death
Di tengah-tengah pelajaran Kimia, salah seorang guru piket masuk kekelas. Wajahnya tegang, membuat seisi kelas ikut tegang. Beberapa kali, guru piket itu melirik ke arah Rangga. “Rangga, kamu boleh meninggalkan kelas dan bawa tas kamu. Kelas kita akhiri sampai disini. Selamat Siang!” ucap Bu Yeli, merapihkan mejanya.
Rangga memasukkan semua buku-bukunya kedalam tas, setelah Bu Yeli meninggalkan kelas.
“Ga, elo mau kemana?” tanya ku, namun Rangga diam. Dia hanya menatap ku dingin. “Gue ikut, Ga!” pinta ku paksa.
Death
Rumah sakit!? Untuk apa Rangga ke rumah sakit!? Siapa yang sakit!?
Death
Rangga mempercepat langkahnya, namun tidak berlari. Rangga berhenti melangkah ketika melihat tiga orang yang tak asing berdiri tak jauh dari tempat Rangga berdiri. Kak Dimaz!? Mama!? Papa!?
Rangga mencoba melangkah, tenang. Mama menangis dipelukan Papa. Kak Dimaz bersandar pada salah satu dinding rumah sakit. Tangis Mama semakin menjadi saat melihat Rangga. Mama memeluk Rangga.
“Delia, Ga!” tangis Mama. “Delia meninggal!”
Dunia ku seakan berhenti berputar. Sebuah kereta dorong keluar dari kamar yang berada tepat dihadapan kami semua. Mama berlari memeluk seseorang yang terbaring kaku diatasnya, meneriaki nama ku. Mama membuka selimut yang menutupi wajah orang itu. Seakan terkena petir disiang hari, itu aku.
Kak Dimaz, mencoba menguatkan Mama. Rangga hanya terduduk lemas. Wajahnya sedih dan dingin. Perlahan pipi ku basah. Ini semua mimpi! Ku coba yakinkan diri ku sendiri. Ini bohong! Kepala ku mulai terasa berat. Ada beberapa gambaran diingatan ku. Ku coba mengingat semuanya. Menjadikan semuanya satu cerita utuh. Air mata terus berjutuhan menemani semua rasa bingung. “Kenapa begini!? Ini mimpi! Ini cuman mimpi!!!” Jerit ku tak percaya. Ku tutup wajah ku dengan kedua telapak tangan ku dan ku ingat semuanya.
Death
Aku menangis disudut kamar ku yang gelap. Di luar, ada dua makhluk menyeramkan saling melempar caci maki, bahkan barang-barang disekitar mereka.
Sesaat sebelumnya, ku keluarkan semua pakaian ku dari dalam lemari. Ku lempar kesegala arah, mencoba melepaskan sakit hati yang tak terobati. Dalam sekejap kamar ini seperti terkena badai topan yang besar. Bahkan ku lempar boneka beruang pemberian Rangga, yang selama ini menjadi obat dari segalanya, ke arah cermin besar dikamar ku.
Air mata tak kunjung berhenti mengalir, ku harap bisa memberi ketenangan barang sedikit namun tidak sama sekali. Semakin jenuh, semakin rumit dan semakin sakit yang ku rasakan saat ini. Tak seorang pun yang mau mengerti. Tak seorang pun yang mau menemani. Tak seorang pun yang mau tahu.
Ku coba menjeritkan rasa sakit ini namun sulit. Ku coba segala cara agar ku dapat ketenangan masa remaja ku. Tapi nol yang ku dapat. Semua berantakan. Semua menjauh. Semua menyakiti ku!
Siapa pun tolong aku! Teriak ku dalam hati. Air mata terus menggarami luka yang semakin perih. Terlintas wajah tenang Rangga, memberikan sedikit rasa nyaman dan aman. Senyum hangat itu yang ku mau! Tawa canda itu yang menjadi penawar sakit hati ini. Kebaikan hatinya yang membuat ku lupa akan semua kekacauan ini.
Ku coba menghubungi Rangga, terus ku coba dan terus ku coba. Hingga aku menyerah. Aku kehilangan semuanya. Aku benci sendiri! Aku benci seperti ini! Aku muak! Aku jenuh! Aku bosan! Cukup! Cukup sudah! Aku keluar dari permainan konyol dan gila ini! Biarkan aku keluar dari semua kegilaan yang menyakitkan ini! Biarkan aku berhenti dari semua kekonyolan yang menjenuhkan ini! Ku mohon!
“CUKUP!!!! DIAM!!!! Cukup!!! Delia mohon! Cukup!!!” tangis ku. Ku lempar handphone ku kearah cermin hingga pecah. “CUKUP!!!!!!!”
Death
Serpihan cermin berserakan dimana-mana. Air mata berhenti menemani. Namun badai tetap berlanjut. Cukup lama ku tatap serihan cermin yang mulai menggoda ku, mengusik ketenangan jiwa yang mulai goyah. Sesuatu yang menyenangkan terlintas dikepalaku. Mati.
Ku ambil satu serpihan kaca, ku mainkan. Awalnya rasa takut menyelimuti sekujur tubuh yang gemetar ragu. Namun perlahan rasa takut lenyap. Ku dekatkan serpihan itu ke kulit halus ku. Ku buat satu goresan tak berarti di pergelangan tangan ku. Rasa tenang dan lega mulai datang menemani. Ku buat satu lagi. Air mata kembali menemani jenuh ini. Ku tutup mata ini, mencoba menetralkan perasaan yang semakin rumit. Terlintas wajah Rangga, ingin rasanya merasakan tenang dan nyaman lagi saat meningat wajahnya, namun semuanya berubah dalam sekejap. Sayang itu berubah benci dan merasa dilupakan. Kali ini ku coba melupakan semua. Rangga, Kak Dimaz, semuanya! Yang ku inginkan hanya satu, tenang.
Perlahan sakit di kulit ini menghilang bersama datangnya cairan merah yang tak kunjung berhenti. Tenang, damai, nyaman. Rasa jenuh pun menjauh. Yang ada hanya kantuk yang tak berujung. Sesuatu yang menyenangkan bisa terlepas dari semua sakit, kecewa dan beban berat yang selama ini menghantui dan menemani masa remaja ku bahkan seumur hidup ku yang kelam dan pahit.
Death
“Ma, Pa! Delia pulang!” kata ku membuka pintu rumah. Sebuah piring mendarat di kaki ku. Sebuah tanda tanya besar menghampiri ku. Ada apa lagi!?
Ku beranikan diri untuk mendekat. Papa memukul Mama tepat diwajahnya. Caci maki keluar dari mulut dua orang yang saling mencintai dan terikat dalam perjanjian suci. Papa yang merasa kehadiran seorang pengganggu, membanting gelas tepat dihadapan ku. Entah apa yang bajingan itu katakan. Jujur! Aku tak peduli! Ia menunjuk kearah pintu kamar ku. Mama hanya mencibir. Menyalahkan ku atas apa yang tidak ku perbuat. Membandingkan ku dengan kakak ku yang mendapat beasiswa di Inggris. Mengolok-olok ku. Menghina ku seakan aku tak pernah keluar dari rahimnya.
Ku pertahankan air mata ku. Ku jaga agar tidak tumpah. Ku jaga agar aku terlihat kuat dan tegar. Aku benci selalu seperti ini! Aku muak! Aku bosan! Aku jenuh!
Death
Air mata sudah tak ada artinya lagi. Kini ku tahu kenapa semua berubah, kenapa semua menjauh dan kenapa hari ini begitu berbeda. Apa ini yang ku mau sejak dulu!?
Death
Di pemakanan. Mama terus menangis. Ingin rasanya hati ini berkata, “Ah, lima menit lagi juga lupa kalau yang dikubur itu anak perempuannya! Alah! Air mata buaya!” kata-kata yang kejam, bukan!? Tapi itu yang ku rasakan! Apa dulu dia peduli dengan perasaan putrinya!? Kenapa manusia selalu ingin berubah jika sesuatu yang buruk sudah terjadi padanya!?
Papa juga begitu. Tak ada penyesalan sedikit pun jika melihat kesedihan “pura-pura” mereka. Mereka sendiri yang membuat hati ku menjadi hitam dan membatu kepada mereka. Jadi bukan salah ku jika aku mengatakan hal yang menjijikkan dan tidak pantas dikatakan seorang anak kepada orangtuanya.
Penyesalan itu hadir, ketika ku lihat wajah dingin Rangga. Ingin sekali menyalahkannya atas semua ini. Kenapa dia tak ada saat ku butuh!? Kenapa dia tidak ada disamping ku untuk mencegah ku melakukan kebodohan itu!? Namun aku sadar, ia punya kehidupannya sendiri, yang tak pantas untuk ku ganggu.
Andai semua ini bisa berulang. Apa aku akan tetap pada pilihan ku atau merubahnya hanya karna Rangga? Hanya untuk seorang Rangga yang selalu menganggap ku ada.
Death
Semua meninggalkan aku yang tertidur lelap, sendiri, dirumah baru ku. Tidak dengan Rangga. Ia masih berdiri menatap ku, yang berdiri disampingnya. Apa Rangga tahu aku disini? Pertanyaan konyol! Mana mungkin Rangga bisa melihatku yang hanya sesosok bayangan kelam!
“Del, maaf!” kata Rangga sedih. Perlahan air mata Rangga yang selama ini coba ia tahan, tumpah. “Maaf!” katanya, berlutut didepan makam ku.
“Kalau aja gue gak terlalu sibuk dengan beasiswa konyol itu, ini semua gak akan terjadi!” tangis Rangga. “Kalau aja gue gak pernah ninggalin elo! Maaf Del! Maaf! Maafin gue!”
Air mata ku jatuh lagi. Ingin ku peluk Rangga, menenangkan hatinya yang kacau, mengatakan ini bukan salahnya, dan mengatakan aku memaafkannya. Tapi itu tak mungkin ku lakukan. Dan tak kan pernah bisa ku lakukan.
“Gue gak pernah bener-bener niat nianggalin elo, Del!” sesal Rangga. “Gue pikir dengan dapat beasiswa itu, gue bisa bawa elo pergi dari semua ini, semua yang nyakitin elo dan ngasih elo hidup baru yang elo mau, tapi gue salah! Gue terlalu antusias sampai lupa kalau elo yang terpenting dari semua rencana gue! Buat apa gue dapet beasiswa itu kalau elo gak ada? Buat apa semua kerja keras gue selama ini, kalau orang yang gue sayang udah gak ada? Maaf Del!”
Melihat Rangga yang begitu sedih dan terus-menuerus menyalahkan dirinya sendiri, hati ini semakin merasakan penyesalan yang teramat dalam. Kenapa selalu ada penyesalan?! Dan kenapa manusia memiliki rasa menyesal atas keputusaanya sendiri?! Apa itu menandakan manusia, makhluk yang tidak pernah puas akan apa yang ia pilih?! Atau menandakan jika manusia, makhluk tolol dan bodoh yang hanya bisa menyesali semua perbuatan konyol yang mereka ambil tanpa pikir panjang?! Entah lah! Tapi aku yakin, aku adalah salah satu manusia yang berada di pilihan kedua. Makhluk tolol dan bodoh yang tak pernah membuka mata akan keindahan dan kenikmatan dunia yang ku dapat dan terus meminta lebih hanya untuk kepuasan diri sendiri.
Andai aku bisa memilih dan mengulang semuanya, mungkin mati bukan pilihan. Aku sadar, jika semua menyakitkan pada saatnya. Bahkan Rangga yang menjadi penawar rasa sakit itu pun, menyakiti ku pada saatnya, hanya aku saja yang terlalu bodoh dan terlalu cepat mengambil keputusan. Aku yang salah Ga! Menyalahkan keadaaan alih-alih diri sendiri. Aku yang terlalu egois, kekanak-kanakan dan keras kepala. Aku yang salah! Salah menyikapi semuanya, salah menanggapinya, salah mengambil keputusan dan salah melangkah. . Dan kini bukan hanya penyesalan yang tersisa tapi juga kesedihan tanpa ujung.
Death
end
d'day
d’ Day
Dia membuka mata ini kalau cinta memang tak selamanya harus memiliki. Hari itu tak kan pernah ku lupakan sampai kapan pun.
d’ Day
Seperti biasa gadis manis itu duduk sendiri menikmati indahnya senja sambil membaca buku di sebuah taman. Gadis manis itu bernama Willy. Dikala fajar dan senja ia selalu duduk di bangku yang sama setiap harinya, menikmati kesendiriannya dan indahnya cahaya surya yang menentramkan jiwa. Namun hari ini berbeda dari hari-hari sebelumnya. Hari ini saat Willy datang di pagi hari untuk melihat fajar, ada seseorang yang duduk di tempat favoritnya. Sedikit takut namun penuh keyakinan,Willy duduk di tempatnya biasa melihat fajar menyapa dunia. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Willy duduk tepat di samping orang itu. Menikmati fajar menyambut hari baru, tanpa saling menyapa dan berbicara.
“Gue Singgih. Elo siapa?” tanya orang itu, mengulurkan tangan kanannya. Willy menoleh ke arah Singgih dan tersenyum. “Willy,” jawab Willy singkat. “Senang bisa kenal elo! Udah biasa kesini?” tanya Singgih, ramah. “Hampir setiap pagi dan sore. Kalau hujan juga datang,” jelas Willy. “Lain kali kita liat fajar dan senja bareng-bareng lagi ya! Dah!” pamit Singgih, meninggalkan Willy sendiri. Hari itu begitu indah bagi Willy. Setelah sekian lama tinggal disini, baru kali ini ia mendapat teman.
d’ Day
Sejak hari itu, setiap seminggu sekali Singgih secara rutin menemani Willy melihat fajar maupun senja. Banyak hal yang Singgih ceritakan tentang keadaan di luar, tempat dimana Willy tidak dapat mengunjunginya. Willy begitu senang mendengar cerita Singgih yang setiap harinya berbeda dan menarik untuk didengar.
“Lebih asik lagi kalau liat fajar di atas sebuah bukit atau gunung dan melihat senja di pantai. Elo pernah kan liat fajar di gunung dan senja di pantai?”
“Mungkin. Aku gak yakin. Pasti indah banget ya?!”
“Pasti! Kalau elo sembuh nanti, gue janji ajak elo ke tempat dimana fajar terlihat begitu cantik dan senja terlihat begitu anggun,”
“Janji ya!”
“Janji!”
d’ Day
Sama seperti minggu-minggu sebelumnya, Singgih dan Willy menunggu fajar di pagi hari dan senja di sore hari.
“Minggu depan, gue mau ngasih elo hadiah,” kata Singgih sebelum mengantar Willy ke lorong menuju kamarnya. “Dalam rangka apa?” tanya Willy, bingung. “Rahasia! Pokoknya gue pasti dateng khusus untuk kasih elo hadiah dan kejutan terindah. Nah udah malem, pulang dulu ya! Bye White Angel! Met istirahat dan have nice dream!” kata Singgih, saat tiba di lorong menuju kamar rawat Willy. Willy hanya tersenyum, tak sabar menunggu datangnya hari yang dijanjikan Singgih.
d’ Day
Singgih datang dengan hati riang dan bahagia. Menunggu Willy di tempat biasa. Sepanjang hari Singgih menunggu dengan penuh harap dan cemas, namun Willy tak kunjung datang. Singgih memutuskan untuk mendatangi Willy di kamarnya.
“Malam Tante, Om!” sapa Singgih sopan. “Singgih?!” tangis Mama Willy seraya memeluk Singgih. Singgih bingung luar biasa. Papa Willy menepuk pundak Singgih pelan dengan wajah sedih. Hati Singgih sakit luar biasa. Namun ia hanya dapat menangis dalam hati.
d’ Day
“Nama gue Willy Sherrynatasya. Elo siapa?” sapaWilly pada seorang cowok yang sedang duduk dipinggir lapangan basket. Cowok itu mengacuhkan Willy dan kembali bermain bersama teman-temannya yang lain. Willy duduk sendiri menunggu cowok itu selesai bermain basket. “Mau elo apa sih?!” tanya cowok itu ketus. “Cuman mau kenalan aja sama elo! Enggak lebih kok!” jawab Willy polos. “Singgih,” kata cowok itu ketus. “Apa?!” tanya Willy bingung. “Nama gue Singgih! Udah kan kenalannya! Sekarang pulang sana!” jelas Singgih ketus. Willy tersenyum dan berjalan meninggalkan Singgih. Singgih heran bukan main. “Aneh!” kata Singgih kesal.
d’ Day
Setelah hari itu Willy hampir setiap hari datang ke lapangan basket dengan membawa digital kamera. Willy memperhatikan setiap gerak-gerik Singgih dan teman-temannya yang sedang bermain dan sesekali memotret Singgih dan teman-temannya. Awalnya Singgih risih dan terus menerus bersikap kasar pada Willy. Namun Singgih merasa sedikit keterlaluan saat membentak Willy didepan banyak orang, hingga menangis dan akhirnya membiarkan Willy melakukan sesukanya.
“Gue tau kalau elo orangnya baik!” kata Willy, sehari setelah Singgih meminta maaf. Singgih diam dengan muka juteknya. “Jangan jutek dong! Kalau di foto jadi jelek tau!” protes Willy, kesal. Singgih tersenyum namun terpaksa. “Gitu dong! Kan jadi keliatan gantengnya,” senyum Willy, memotret Singgih. “Gue kasih tau elo ya! Ini gue lakuin cuman untuk membayar semua kesalahan gue aja! Enggak lebih!” jelas Singgih, kesal. “Iya, gue tau kok! Gue tetep seneng meski elo sedikit merasa terpaksa. Karna gue bisa jadi deket sama elo dan gue akan buktiin ke elo kalau sikap elo akan berubah suatu saat nanti, cepat atau lambat,” kata Willy terus memotret Singgih. “Jangan terlalu yakin! Sikap gue ke elo enggak akan pernah berubah! Sampai kapan pun!” kata Singgih, meninggalkan Willy sendiri. Willy tersenyum penuh percaya diri.
d’ Day
Semakin lama Singgih semakin terbiasa dengan kehadiran Willy yang menemani hari-harinya. Meski terkadang Singgih di buat kesal dan malu karna tingkah laku konyol Willy.
“Konyol!” tawa Singgih membahana sepanjang koridor sekolah. Willy diam kesal. “Lain kali kalau mau duduk liat-liat dulu, catnya masih basah atau udah kering. Biar enggak malu-maluin dan ngorbanin jaket gue kayak gini!” ceramah Singgih. “Iya, maaf!” kata Willy pasrah. Sejenak mereka terdiam dan saling tatap, lalu keduanya tertawa mengingat kejadian memalukan tadi.
d’ Day
“Will, elo tau enggak gimana rasanya jatuh cinta?” tanya Singgih, suatu hari. “Iya, gue tau. Rasanya aneh. Enggak bisa dijelasin dengan kata-kata. Tapi yang jelas elo rela melakukan apa aja demi dia, meskipun dia benci sama semua tingkah laku kita. Apa pun pasti kita lakukan asalkan dia deket sama kita. Setiap orang yang liat tingkah laku kita pasti bilang kita gila, kita enggak akan peduli dengan pendapat orang, selama kita bisa deket sama dia. Kalau dia seneng, kita juga pasti akan merasa seneng, meski pun sebenernya sakit,” jelas Willy panjang lebar. “Setuju! Dan elo tau enggak gue jatuh cinta sama siapa?!” tanya Singgih bersemangat. Willy hanya menggelengkan kepalanya. “Elo,” jawab Singgih singkat. Wajah Willy memerah. “Hahaha… gue cuman bercanda kok! Mana mungkin gue suka sama cewek ceroboh dan konyol kayak elo! Gue lagi suka sama Chacha, anak sekolah sebelah,” jelas Singgih saat melihat wajah Willy memerah. “Gue juga tau kali Gih!” kata Willy dengan senyum yang sedikit di paksakan. Singgih menatap matahari senja dengan hati yang riang dan senyum yang terus mengembang di wajahnya. Sedangkan Willy memandang wajah Singgih dengan senyum yang terpaksa. “Gue seneng kalau elo seneng, Gih! Karna cinta hanya tau satu orang yaitu elo dan cinta hanya tau satu rasa yaitu bahagia,” kata Willy dalam hati.
d’ Day
Hari itu Singgih mencari Willy di setiap sudut sekolah, namun nihil hasil yang ia dapat. Sepulang sekolah ia berkunjung ke rumah Willy.
“Will! Ada yang mau gue kasih tau ke elo!”
“Gue juga, Gih!”
“Kalau gitu elo duluan deh!”
“Enggak apa! Elo aja yang duluan! Elo kan udah bela-belain dateng kesini, masa harus dengerin cerita gue sih!”
“Ok kalau gitu! Gue punya kabar baik dan gembira!”
“Apa?! Jangan buat gue pensaran dong!”
“Gue…”
“Apa?!”
“Gue udah jadian sama Chacha!”
“…..”
“Kenapa Will, kok kayaknya elo sedih gitu sih?!”
“Gue sedih?! Masa sih?! Yang ada malah gue seneng banget elo udah jadian sama Chacha. Selamet ya! Jangan lupa traktiranya!”
“Sip! Trus elo mau cerita apa?”
“Emangnya gue tadi mau cerita ya?!”
“Iya! Dasar pikun!”
“Duh gue lupa mau cerita apa! Lain kali aja deh!”
“Elo tadi kenapa enggak masuk sekolah?”
“Ada urusan keluarga aja, bentar ya! Elo lagi ganteng-gantengnya nih! Gue ambil kamera dulu ya! Sebentar!”
d’ Day
Sebulan setelah hari itu, Willy dikabarkan pindah sekolah entah kemana. Aku terus mencarinya. Sampai akhirnya, enam tahun kemudian aku menemukannya duduk disebuah taman rumah sakit tempatku bekerja. Ia pasien ku dan aku baru tahu, Willy mengidap kanker otak hingga membuatnya lupa akan semuanya. Sakit hati ini. Aku baru sadar aku mencintainya setelah Willy pergi dari sisi ku. Dan sekarang saat aku menemukannya ia tak seceria dulu. Namun benar kata Willy, cinta rela melakukan apa saja demi orang yang dicintai meski semua orang menentangnya. Aku tak pernah peduli apa kata orang tentang aku yang mencintai orang yang lupa pada ku. Karna cinta hanya tahu satu orang dan cinta hanya tahu satu rasa. Sekarang saat aku putuskan untuk menjaganya seumur hidupku dan menerimanya apa adanya, sekali lagi ia pergi dari sisiku dan sekarang untuk selamanya. Kenapa hidupku harus di penuhi dengan penyesal yang terdalam seperti ini? Kalau saja dari awal aku menyadari perasaan Willy dan kalau saja dari awal aku sadar kalau yang ku butuhkan hanya Willy ada di sisiku, semua penyesalan ini tak kan pernah terjadi.
d’ Day
Hari itu, Singgih mengambil keputusan yang terbesar dalam hidupnya. Keputusan yang awalnya ditentang kedua orangtuanya. Keputusan yang membuatnya percaya dan sadar bahwa yang ia cintai hanya Willy.
Sore itu Singgih menunggu Willy di taman rumah sakit seperti biasa, namun hari ini berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Singgih berniat melamar Willy, gadis yang ia ingini sejak enam tahun yang lalu. Sekian lama ia menunggu Willy tak kunjung datang. Singgih memutuskan untuk menemui Willy dikamarnya. Saat tiba di depan kamar Willy, Mama Willy memeluk Singgih sambil menangis tersedu-sedu dan Papa Willy menepuk pelan pundak Singgih, sedih. Kotak cincin yang ia bawa untuk melamar Willy terjatuh. Singgih hanya bisa menangis dalam hati.
THE END
Subscribe to:
Posts (Atom)