Sunday, July 15, 2012

my new short story

hi blogger!!!
ini cerpen terbaru gw ^_^
ga baru juga sih,,
tadinya cerita ini utk lomba sebuah majalah remaja tapi sepertinya ga menang dan ga akan diedarkan atau diterbitkan,,
heheheh...
jadi curhat ^^a
well, selamat membaca...
jgn lupa tinggalkan saran dan masukan y ^_~
thx blogger ...


Secangkir Cinta Juni

Seperti biasa, Cherry Juni Neytasya atau yang sering dipanggil Juni, membantu pamannya di caffee miliknya. Juni selalu membantu pamannya setelah pulang sekolah. Juni mencatat semua pesanan dan mengantarnya. Itu adalah kegiatan rutin Juni di caffee milik pamannya. Namun ada satu kegiatan lain yang begitu istimewa baginya. Setiap harinya diwaktu yang sama ada seorang cowok yang selalu duduk dimeja yang sama dan memesan pesanan yang sama pula. Bukan hal itu yang membuatnya istimewa. Mungkin menggelikan mendegarnya tapi itu lah kenyataannya. Juni menyukai cowok itu. Cowok yang juga teman kuliah Rony, kakak sepupu Juni. Juni terlalu takut untuk berkenalan dengan cowok itu. Nama cowok itu Yudhi. Anak band kampus yang memiliki banyak fans, termasuk Juni.
Juni senang melihatnya dari jauh. Meski hatinya menginginkan lebih dari itu. Juni selalu suka berbicara dengan Yudhi, meski hanya menanyakan pesanan yang Juni sudah tau. Ia sangat menikmati saat-saatnya berdekatan dengan Yudhi.
Seperti hari-hari lainnya. Yudhi selalu datang pukul delapan malam dan selalu duduk di meja nomor tujuh yang berada dekat jendela depan caffee. Malam itu Yudhi datang bersama Rony. Setelah beberapa lama mengobrol, Rony pamit untuk membantu ayahnya didapur.Yudhi tertawa dan tersenyum ceria. Juni memandanginya dengan hati yang berbunga-bunga dan tidak menyadari Rony sudah ada dihadapannya.
“Kak Rony!” kesal Juni. “Ngagetin aja deh!”
“Hahahah… liatin apaan sih!?” tanya Rony, mengacak-acak rambut Juni. “Temen gue yang itu, pesen …”
“Hot Cappuccino dan cheescake.”
“Kok tau?”
“Ummm… itu … itu karna … karna menu itu yang sering dipesen banyak orang hari ini,”
“Oh. Ya udah bilang buatin pesenan temen gue sana.”
“Ok!”
Dengan semangat Juni membuatkan secangkir cappuccino hangat untuk Yudhi. Hatinya berdebar kencang setiap membuatkan pesanan Yudhi. Namun ia sangat menikmati saat-saat seperti itu. Juni terus tersenyum. “Jun,” panggil Tante Maya. “Ini cheescakenya jangan lupa dibawa ya.”
“Oh iya, Tant,”

Tak lama Juni berjalan menghampiri meja Yudhi dengan membawa pesanan Yudhi juga dengan hati yang berdebar kencang. Juni mencoba menenangkan dirinya sendiri. Ia menarik nafas panjang, mencoba memelankan detah jantungnya. “Ayo Juni, tenang! Ini udah bisa. Tenang. Tenang,” ucap Juni pelan.
Seseorang menabrak Juni hingga nyaris terjatuh, namun Juni sigap menjaga isi nampan yang ia bawa agar tidak tumpah. Saat itu juga suasana hati Juni berubah. Kesal bukan main. “Maaf,” ucap cewek yang menabraknya tadi. Lembut dan halus sekali suaranya. Juni memaksakan senyumnya untuk mengembang dan menutupi kekesalannya. Cewek itu cantik bukan main. Ia seperti model-model yang ada dimajalah bahkan lebih cantik lagi saat ia tersenyum. Cewek cantik itu berjalan meninggalkan Juni yang masih terdiam. Seketika itu juga hatinya seakan hancur melihat cewek cantik itu duduk satu meja dengan Yudhi. Sebisa mungkin ia menutupi patah hatinya dan tetap mengantarkan pesanan Yudhi yang sudah ia bawa.
“Permisi,” sapa Juni, mencoba tersenyum ramah meski terpaksa. Yudhi dan cewek itu menghentikan pembicaraan mereka. “Ini pesanannya. Maaf sudah menunggu lama,” Juni meletakan pesanan-pesanan Yudhi diatas meja. Yudhi tidak begitu menghiraukan keberadaan Juni. Baru kali itu Juni melihat Yudhi tertawa lepas. “Selamat menikmati,” Sesegera mungkin Juni menjauh.
Dari balik meja kasir, Juni duduk sambil menopang dagunya. Sesekali ia menghembuskan nafas panjang. Semangat dan keceriaannya menurun bahkan nyaris hilang. “Lebih cantik,” gerutunya sendiri. “Bukan saingan gue,” keluhnya. Ia menatap meja kasir, nyaris menangis. “Huft… untuk apa juga sedih, dia kan gak kenal gue,”
“Siapa yang gak kenal elo?” tanya Rony yang entah sejak kapan berdiri didepannya. “Elo kenapa?”
Juni yang terkejut, membetulkan posisi duduknya dan memaksa tersenyum. Rony mengerutkan keningnya melihat tingkah laku adik sepupunya yang aneh. “Elo tiap hari udah aneh tapi sekarang lebih aneh. Jangan buat gue takut, Jun!” canda Rony, melanjutkan mengepel lantai Caffee. Juni menunjukkan wajah kesalnya. “Rese!” ucapnya kesal.
“Ehem… permisi,” ucap seseorang berdiri didepan meja kasir. Yudhi. Hati Juni seakan berhenti berdetak saat itu juga. “Maaf, dari tadi saya manggil pelayannya tapi gak ada yang datang. Bisa pesan satu hot cappuccino, satu teh hijau dan strawberry cake?”
“Iya, segera dibuat,”
“Terimakasih,”
Yudhi berjalan kembali kemeja tempat tadi ia duduk. Cewek cantik itu masih duduk disana, memakan cheescake milik Yudhi. Untuk kesekian kalinya Juni menghembuskan nafas panjangnya dan dengan langkah yang berat ia berjalan menuju dapur.

“Kenapa Jun?” tanya Tante Maya, meletakan cake-cake pesanan Yudhi didekat Juni. “Tumben gak semangat buat cappuccinonya.”
Juni menghembuskan nafas panjang. “Gak apa kok Tant,”

“Permisi,” kata Juni, sopan. “Ini pesanannya,” Juni meletakkan pesanan-pesanan Yudhi diatas meja dengan perlahan.
Cewek cantik yang dari tadi asik mengobrol bersama Yudhi, berhenti bicara dan tersenyum pada Juni. Senyum manisnya semakin membuat wajahnya terlihat cantik. Dan itu membuat Juni semakin gugup. “Velly!?” tanya Ronny, yang entah sejak kapan berdiri dibelakang Juni. Juni nyaris menjatuhkan cengkir cappuccino yang ingin ia letakkan diatas meja. Beruntung, Yudhi membantunya. “Ati-ati, Jun!” tegur Ronny.
“Kakak pikir, gara-gara siapa aku kaget!?” keluh Juni sedikit nyengir kuda. “Udah kayak setan aja, dateng tiba-tiba mulu,”
Yudhi dan cewek itu tertawa lepas mendengar kekesalan Juni. Sontak wajah Juni memerah. Malu. “Dia adik kamu, Ron?” tanya cewek itu. Suaranya lembut. Juni semakin minder melihat perbedaan yang ada antara dirinya dan cewek cantik itu. “Manis ya. Benar kata kamu, Dhi.”
Yudhi sedikit tersipu malu. Juni melongo terkejut. Apa yang terjadi sebenarnya?
“Hahahah…” tawa Ronny. “Dia ini orangnya spontan banget. Omongannya gak bisa di rem,” jelas Ronny, memegang kepala Juni. “Tapi, aku setuju sama kamu, Vel. Juni anak yang manis.”
“Bentar deh!” protes Juni, menurunkan tangan Ronny dari atas kepalanya. “Ini sebenarnya ada apaan sih, Kak? Cewek ini siapa?”
“Oh iya! Sori Jun! Lupa ngenalin elo sama Velly,” cengir Ronny. “Jun, kenalin ini pacar gue, Vellycia.”
“Panggil aja Velly,” ralat Velly dengan senyum manisnya. “Aku pacarnya Ronny,”
Juni semakin bingung.dengan apa yang terjadi. “Ihk! Kamu ngegemesin deh!” Velly mencubit pipi Juni, gemas. “Sebenernya udah lama mau kenalan sama kamu tapi selalu gak boleh sama Ronny.”
“Bukan gak boleh tapi waktunya belum tepat,” jelas Ronny. “Kamu ngapain kesini tapi gak bilang-bilang?”
“Mau bikin kejutan sekaligus bantu temen kamu ini,”
“Bantu Yudhi!?”
Velly hanya tersenyum dan mengangguk sambil sesekali melirik pada Juni. “Hmmm… Ron, kenalin aku sama orang tua kamu dong,” pinta Velly, manja. “Kan aku udah jauh-jauh kesini.”
Ronny mengangguk dan menggandeng tangan kanan Velly, meninggalkan Yudhi dan Juni. “Good luck!” bisik Velly saat berada tepat disamping Juni. Juni diam. Heran dan bingung apa maksud dari kata-kata Velly tadi.
“Hmmm… duduk Jun,” pinta Yudhi, gugup. “Ada yang mau gue omongin, kalau gak keberatan.”
Juni duduk tepat dihadapan Yudhi. Tanpa banyak bicara Yudhi mengeluarkan sebuah box besar berwarna coklat muda seperti warna cappuccino dicangkirnya. Juni semakin bingung. “Ini hadiah untuk elo,” jelas Yudhi. “Sebenernya sejak pertama kali minum cappuccino disini gue udah jatuh hati sama yang buat. Gue tanya Ronny, ternyata yang lebih sering buat cappuccino disini itu elo.”
“Gak kok! Masih enakkan buatan Paman Leo. Aku …”
“Dan karna cappuccino buatan elo, gue jadi sering dateng kesini. Awalnya cuman untuk minum cappuccino tapi setelah tau elo yang buat tujuan gue jadi berubah.”
“Berubah!?”
“Iya.”
“Maksudnya?”
“Sekarang tujuan gue sering dateng kesini untuk kenal elo lebih dekat tapi bodohnya gue, gue terlalu pengecut untuk memulainya.”
“……”
“Sekarang setelah kenal elo, tujuan gue berubah lagi. Tujuan gue sekarang untuk miliki hati elo Jun.”

THE END

1 comment:

  1. jalan ceritanya lucu, simple tapi menarik hha. tapi berhubung nama tokohnya "Juni" sejak awal image yg ada di kepalaku tuh si "Juni Fepriyanto" bwahahahahaahahahahahaha ^^;;;

    ReplyDelete